Selasa, 12 Januari 2016

aku dan kisah friendzoneku

Aku tak tau sejak kapan rasa ini muncul. Rasa sayang yang melebihi sebelumnya. Rasa ingin memilikimu sebagai kekasih ku bukan hanya sebagai teman saja. Tapi sepertinya aku sadar kau hanya menganggapku sebagai teman yang kini telah berubah menjadi sahabat. Ada rasa yang tidak seharusnya muncul tiapku bertemu dengan mu dan berkumpul dengan teman-teman. Ada rasa canggung yang kurasa namun aku yakin kau tidak merasakannya karena aku bisa menyembunyikannya dengan baik darimu.

Hari itu kau memboncengkanku menggunakan motor maticmu, diperjalanan menuju kampus kau bertanya padaku. Apakah aku setuju jika ada atau mucul rasa cinta di dalam persahabatan ini? Hari itu aku belum merasakannya dan aku belum memiliki rasa ini. Dengan tegas aku mengatakan ketidak setujuanku jika dalam persahabatan kita muncul cinta. Entah apakah karena itu dia tidak bisa mewujudkan rasa cintaku ini?

Hari-hari kami lalui seperti biasa; bertemu, berkumpul, dan bercengkrama bersama teman satu geng kami. Aku tak tau apakah dia hanya dekat denganku atau dia merasakan hal yang sama denganku. Dia selalu bercerita dan mengutarakan kesedihannya padaku, terlebih saat Hpnya rusak aku pun meminjamkannya Hpku. Namun entah kenapa saat aku mendengar dari temanku bahwa dia telah memiliki kekasih yang tidak lain adalah teman satu kelasku aku sedih aku bingung bahkan aku kaget karena dia tak pernah bercerita padaku jika dia sedang mendekati seorang wanita yang dia cinta. Hatiku hancur saat itu ingin rasanya aku marah dengan keadaan, namun aku memutuskan untuk mengurangi berhubungan dengannya melalui media online. Karna aku sadar dia sudah milik wanita itu, wanita yang sangat cantik dan baik. Aku yakin dia tidak salah memilih dan entah ini munafik atau apa tapi aku benar-benar merasakannya, aku merasa sangat bahagia saat melihat dia bahagia dengan pilihannya. Sejak saat itu aku mulai membuka diri kembali darinya dan aku mulai dekat denganya hanya sebatas sahabat namun perasaan ini masih ada, hanya saja aku terapkan dalam hidupku bahwa aku bahagia jika melihatnya bahagia, ini bukan munafik tapi inilah fakta yang aku rasakan dalam hidupku.

Suatu ketika aku membuka pesan darimu sudah lebih dari satu minggu setelah kau kirimkan.  Aku syok dan kaget ketika membacanya kau memintaku untuk menemanimu membelikan kado ulang tahun untuk kekasihmu. Aku bingung aku kaget dan rasanya aku ingin memarahimu, apakah kau tidak memahami perasaanku? Dengan perkataan maaf aku membalas pesanmu karna aku baru melihatnya. Dengan santai dia mengatakan jika telah membeli bersama temanku. Setelah beberapa bulan setelah kejadian itu aku menanyakan pada temanku, kado apa yang ia sarankan untuk diberikan pada kekasihmu. Namun temanku mengtakan bahwa kau tak pernah memintanya untuk menemanimu membelikan kado.

BERSAMBUNG